Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran
Ancaman
kebakaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Nyala api yang tidak
terkendali yang diakibatkan oleh terlambatnya memadamkan awal mula kebakaran
akan sangat membahayakan karena sulit dikendalikan.
Apabila
terjadi awal mula kebakaran maka harus segera dipadamkan sebelum api menjadi
besar.
Penyebab Awal Mulai Kebakaran Antara
Lain :
a.
Nyala Api Rokok
Membuang
punting rokok yang masih menyala tidak pada tempatnya akan dapat meyebabkan
kebakaran.
Matikan
rokok sebelum dibuang pada tempat seharusnya.
b.
Api Terbuka
Menyalakan
korek, mengelas atau membawa api ditempat dimana terdapat bahan/gas yang mudah
terbakar akan sangat membahayakan, karena dapat menyulut terjadinya kebakaran.
c.
Listrik
Listrik
dapat mengakibakan terjadinya kebakaran apabila ada factor pendukung yang lain,
misalnya ada bahan yang mudah terbakar.
Penyebab
kebakaran listrik antara lain :
·
Terjadinya hubungan singkat dan pengaman tidak bekerja.
·
Beban melebihi kemampuan kabel.
·
Buruknya mutu bahan.
·
Listrik statis.
d.
Gesekan
Gesekan
antara dua logam tanpa pelumas dapat menimbulkan panas dan terbakar misalnya
pada poros roda yang berputar tanpa pelumas (pelumas kering).
Gesekan pada ban penggerak dengan
bahan tertentu dapat menimblkan listrik statis, yang pada suatu saat dapat
menimbulkan loncatan listrik yang dapat menimbulkan bunga api.
e.
Sinar Matahari
Sinar
matahari yang terpapar pada benda-benda tertentu dapat mengakibatkan panas dan
bila terdapat bahan yang mudah terbakar akan menyulut terjadinya kebakaran.
f.
Peristiwa Alam
Beberapa
peristiwa alam dapat mengakibatkan kebakaran misalnya angin topan, gempa bumi,
yang merusakkan jaringan listrik, instalasi gas alam dan mengakibatkan
kebakaran.
g.
Unsur Kesengajaan
Kebakaran
dapat diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu misalnya asuransi,
menghilangkan barang bukti.
h.
Dan masih bayak lagi penyebab terjadinya kebakaran.
KLASIFIKASI API
KEBAKARAN
Tujuan dari
dibuatnya klasifikasi kebakaran adalah untuk memudahkan cara pemadaman yang
tepat.
Klasifikasi
kebakaran dibuat berdasarkan jenis bahan yang terbakar, yaitu :
Klas A : Api
kebakaran dari bahan padat/serat misalnya kayu, kertas, textile dll.
Klas B :
Api kebakaran dari bahan cair/minyak/pasta misalnya jenis-jenis minyak bahan
bakar, miyak pelumas, gas dll.
Klas C :
Api kebakaran yang disebabkan oleh listrik.
Klas D :
Api kebakaran dari bahan logam misalnya titanium, sodium, aliminium dll.
PRINSIP PENCEGAHAN
KEBAKARAN
Mencegah
kebakaran akan lebih baik dari pada memadamkan kebakaran.
Mencegah
kebakaran dapat kita lakukan sebagai berikut :
a.
Mengendalikan setiap bentuk energi yang dapat menimbulkan
kebakaran yaitu :
·
Cara menyimpan bahan
·
Cara penanganan bahan
·
Cara mengamankan peralatan / mesin
·
Tata ruang dan tata letak
·
Kebersihan tempat kerja dan lingkungan kerja
b.
Dengan cara memasang / mengadakan system proteksi
kebakaran yaitu :
·
Memasang Sistem Pasif Fire Protection
·
Memasang Sistem Aktif Fire Protection
c.
Melaksanakan manajemen pencegahan kebakaran ditempat
kerja dengan baik, yaitu dengan melaksanakan kegiatan :
·
Membentuk organisasi penanggulangan kebakaran
·
Mengadakan pelatihan kebakaran bagi personel perusahaan
·
Membuat suatu prosedur kerja aman / izin kerja pada jenis
dan tempat kerja tertentu
·
Membuat prosedur tanggap darurat ditempat kerja
PRINSIP DASAR PEMADAMAN
KEBAKARAN
Untuk dapat
memadamkan kebakaran dengan baik dan dengan sedikit kerusakan, perlu mengetahui
prinsip-prinsip pemadaman kebakaran.
Cara pemadaman
kebakaran tidak terlepas dari menguraikan segitiga api, sehingga ketiga unsur
tersebut tidak bertemu.
Terdapat tiga cara pemadaman kebakaran
yaitu :
a.
Cara penguraian
Memadamkan
kebakaran dengan cara menghentikan suplai
bahan yang dapat terbakar.
b.
Cara pendinginan
Memadamkan
kebakaran dengan cara menurunkan suhu
bahan yang terbakar sampai dibawah titik nyala dengan cara memberikan suatu
media pemadam yang bersifat menurunkan suhu / panas.
c.
Cara isolasi
Memadamkan
kebakaran dengan cara membatasi /
mengurangi jumlah oksigen, yaitu dengan cara:
·
Menutup setiap aliran udara kearah dimana api / kebakaran
terjadi
·
Menutup permukaan nyala api yang tidak mudah ditembus
oleh aliran oksigen, misalnya busa kimia, bubuk kimia kering, selimut tahan api
(karung basah)
·
Mendorong udara dipermukaan nyala api dengan bahan cair
yang mudah menguap misalnya CO2
Pemilihan dan
pengadaan alat / media pemadam kebakaran yang tepat harus disesuaikan dengan
kebutuhan serta mempertimbangkan klasifikasi bahan yang ada dan dilindungi,
serta keterampilan orang dalam menggunakan peralatan.
JENIS SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Pada dasarnya
system proteksi kebakaran terdiri dari 2 sistem :
a. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
Sistem
kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun
melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap
api, serta perlindungan terhadap bukaan.
Sistem deteksi kebakaran
Detektor
kebakaran adalah sistem yang tidak aktif memadamkan, tetapi hanya bersifat
informasi adanya kebakaran. Detektor kebakaran terdiri dari :
-
Detektor panas ( heat detector )
Adalah
detektor yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
-
Detektor nyala api ( flame detector )
Adalah
detektor yang bekerja berdasarkan radiasi nyala api
-
Detektor asap ( smoke detector )
Adalah
detektor yang bekerja berdasarkan batas konsentrasi asap tertentu
Dengan
berfungsinya detector tersebut alarm atau lampu tanda adanya kebakaran bekerja,
yang menandakan telah terjadi kebakaran pada lokasi tertentu berdasarkan indicator
panel control.
System alarm kebakaran manual elektrik
System
alarm kebakaran ini bekerja secara manual dengan menekan tombol alarm apabila
terjadi kebakaran.
Material / bahan bangunan
Material
yang dipakai sebagai bahan bangunan maupun isi bangunan sangat berpengaruh
terhadap proses cepat / lambatnya kebakaran serta kerusakan bangunan. Usahakan
material yang sulit terbakar untuk memperlambat menjalarnya api.
b. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Yaitu
sistem proteksi kebakaran
yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual
ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler,
pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan
kimia, seperti APAR dan pemadam kusus.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR
dapat dilayani oleh satu orang untuk memadamkan mula terjadinya kebakaran. Jenis APAR pada umumnya adalah : air,
busa, serbuk kimia kering, gas. Jenis APAR yang akan dipasang disesuaikan
dengan jenis tempat kerja.
Penempatan
APAR :
·
Dipasangkan / ditemapt jalur keluar ruangan dan cukup
berdekatan dengan pintu-pintu, tetapi tidak mengganggu operasi kerja diruangan
yang bersangkutan (mudah dilihat dan dijangkau).
·
Ditempatkan cukup berdekatan dengan daerah dimana
terdapat potensi bahaya kebakaran.
·
Pada gedung-gedung bertingkat APAR ditempatkan pada :
-
Posisi yang sama disetiap lantai gedung (tipika)
-
Sudut-sudut koridor
-
Berdekatan dengan pintu tangga
·
Diatas setiap APAR agar dipasang tanda khusus yang
menunjukan adanya APAR.
Untuk
menentukan jenis alat pemadam api yang akan dipergunakan harus diperhatikan
beberapa hal :
-
Keadaan dan sifat bahan yang dapat terbakar.
-
Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi, misalnya
jumlah bahan yang dapat terbakar, kecepatan dll.
-
Efektifitas pemadam dari alat pemadam api untuk bahaya
yang ada.
-
Kemudahan penggunaan.
-
Orang-orang yang akan menggunakan, terlatih atau tidak.
-
Keadaan lingkungan, suhu, angin.
-
Kecocokan dari alat pemadam api untuk lingkungan
sekelilingnya.
-
Kemungkinan timbulnya reaksi kimia dari bahan alat
pemadam api dengan bahan yang terbakar.
-
Efek terhadap keehaan dan keselamatan orang-orang yang
mempergunakan.
-
Kemudahan dalam pemeliharaan dan pengisian kembali.
Sistem Pemadam Api Instalasi Tetap
Untuk
mencegah akibat yang lebih fatal dari suatu kebakaran, maka suatu bangunan atau
tempat terentu serta sesuai ketentuan dianggap penting dipasang peralatan
pemadam instalasi tetap.
Sistem
hidran
System
hidran adalah sistem pemadam manual yang menggunakan slang penyemprot dengan
cara membuka kran pada hidran pilar / box.
Berdasarkan
penempatan terdiri dari :
·
Hidran didalam gedung
·
Hidran halaman ( diluar gedung )
Berdasarkan
pembagian kelas terdiri dari :
·
Hidran kelas I
Ialah
hidran yang menggunakan selang 2,5” ( khusus orang yang terlatih )
·
Hidran kelas II
lalah hidran yang
menggunakan selang 1,5"
·
Hidran kelas III
lalah hidran yang menggunakan sistem gabungan
kelas I dan II
Kelengkapan sistem
hidran terdiri dari :
·
Persediaan air
·
Pompa air ( pompa
kebakaran )
·
Instalasi pipa
·
Hidran pilar
·
Nozel
·
Panel kontrol
·
Alarm
·
Kopling kembar siam (
FDC ) sesuaikan dengan milik dinas kebakaran setempat
Sistem hidran ( pompa air) akan bekerja
secara otomatis bila keran pada hidran pilar dibuka.
Sistem springkler
Springkier adalah suatu
alat yang dapat memancarkan air bertekanan secara otomatis apabila terjadi
kebakaran didalam suatu ruangan. Kepekaan springkler terhadap suhu ditentukan oleh
warna cairan di dalam tabung gelas.
·
Warna jingga pada temp 57oc
·
Warna merah pada temp 68oc
·
Wama kuning pada temp 79oc
·
Wama hijau pada. temp
93oc
·
Wama biru pada temp 141oc
·
Wama ungu pada temp 182oc
·
Wama hitam pada temp 204oc
Indikasi terjadinya kebakaran dapat diketahui
dari bunyi alarm dan indikator pada panel kontrol. Kelengkapan springkler
terdiri dari:
·
Persediaan air
·
Pompa air ( pompa kebakaran )
·
Instalasi pipa
·
Kepala springkler
·
Kopling kembar siam (
FDC)
·
Panel kontrol
·
Alarm
SARANA
EMERGENCY DAN EVAKUASI
Merupakan sarana penunjang dalam upaya penyelamatan penghuni yang digunakan sebagai alat untuk mempermudah
penyelamatan dan meningkatan keamanan
terhadap bahaya kebakaran. Sarana
emergency dan evakuasi tersebut tidak terlepas dari perencanaan bangunan gedung
dan tata ruang, serta disesuaikan dengan peraturan/standar yang beriaku. Alat bantu evakuasi yang
diperlukan pada bangunan gedung, tentunya disesuaikan dengan kondisi dan fungsi
bangunan.
Sarana emergency dan evakuasi yang dianggap
penting antara lain:
a.
Sumber Listrik Darurat
·
Merupakan sumber
listrik pengganti apabila sumber listrik utama padam.
·
Sumber listrik darurat
hams bekerja secara otomatis sesuai ketentuan
·
Sumber listrik darurat
dapat berupa; genset, battery (UPS)
b.
Lampu Darurat
·
Merupakan lampu
penerangan selama sumber listrik utama padam.
Lampu darurat harus dipasang pada
tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan
yang akan dilalui pada saat evakuasi.
c.
Pintu Kebakaran
·
Pintu kebakaran harus
tahan api sekurang-kurangnya 2 jam.
·
Menutup secara otomatis
dan hanya dapat dibuka dari
dalam gedung.
·
Pintu membuka kearah
tangga terkecuali pintu terakhir pada daerah aman ( paling bawah ) membuka keluar.
d.
Pintu Darurat
·
Pintu darurat harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai dan dapat mengeluarkan seluruh
penghuni dalam waktu 2,5 menit.
·
Pintu darurat minimal
berjumlah dua buah pada setiap lantai.
·
Pintu darurat pada lantai
dasar harus membuka keluar
bangunan dan didaerah yang bebas.
e.
Tangga Kebakaran
·
Penempatan dan kekuatan tangga
kebakaran harus mengikuti standar/ peraturan yang berlaku.
·
Tangga kebakaran harus
tahan api dan tahan asap.
·
Harus dipasang pengendali
asap dan lampu darurat.
·
Pintu tangga kebakaran harus
tahan api sesuai ketentuan pintu tahan api.
·
Tangga kebakaran yang
terletak diluar bangunan harus berjarak sekurang-kurangnya 1 meter dari
bukaan yang berhubungan dengan tangga kebakaran tersebut.
·
Ukuran lebar tangga,
anak tangga serta jumlah anak tangga disesuaikan dengan standar.
·
Tangga kebakaran berakhir
pada daerah aman.
f.
Tangga Darurat
·
Tangga darurat disiapkan
untuk dipergunakan apabila lift
tidak berfungsi.
tidak berfungsi.
·
Tangga darurat harus
mudah dicapai
·
Tangga servis dapat
dianggap sebagai tangga darurat
g.
Sistem Pengendali Asap
·
Pada bangunan tinggi asap kebakaran harus
dikendalikan agar tidak membahayakan
penghuni.
·
Bagian-bagian dari
ruangan yang dipergunakan untuk jalur penyelamat harus dibuat bebas asap.
·
Ducting AC harus
dipasang penutup otomatis.
·
Pada tempat-tempat
tertentu harus dipasang penghisap asap.
·
AC central harus dapat
berhenti secara otomatis bila terjadi kebakaran
h.
Lift Kebakaran
·
Lift kebakaran hanya
boieh dipergunakan oleh petugas dinas kebakaran.
·
Memiliki ruang luncur
tersendiri.
·
Dapat dipakai mengangkut
BrandCar.
·
Memiliki tombol
kebakaran ( Fire Man Switch ).
·
Ruang luncur dan
pintu-pintu lift tahan api.
i.
Alat Komunikasi Darurat
·
Alat komunikasi darurat
dapat berupa telpon darurat atau
sistem tata suara.
·
Telpon darurat sistemnya
terpisah dari telpon biasa.
j.
Bukaan Penyelamat
·
Pada setiap lantai
bangunan tinggi harus ada bukaan yang dapat berupa lubang jendela dengan daun
pintu membuka keluar.
·
Bagian atas dari jendela
harus dilindungi penonjolan sekurang-kurangnya 50 cm terbuat dari
struktur tahan api minimal 2 jam.
k.
Lantai / Ruang Aman
·
Merupakan ruangan yang
telah disiapkan untuk evakuasi pada lantai-lantai tertentu dan merupakan daerah yang aman
l.
Penunjuk Arah Jalan
Keluar
·
Penujuk arah merupakan
satu-satunya petunjuk menuju daerah penyelamatan bila terjadi kebakaran.
Penghuni harus
mengikuti arah petunjuk
kemana harus menyelamatkan
diri.
·
Dipasang pada ruang
koridor diatas pintu kebakaran atau tempat lain sebagai sarana evakuasi.
·
Setiap ruangan terdapat lebih dari
10 orang harus dipasang denah evakuasi.
·
Petunjuk arah harus
menggunakan 2 sumber listrik yang
berbeda.
·
Penempatan petunjuk arah
harus terlihat pada jarak 20 meter.
m.
Landasan Helikopter
·
Untuk tujuan evakuasi
kebakaran penggunaan helikopter masih harus dipikirkan efektifitasnya serta
bahaya yang dapat
timbul.
n.
Peralatan Bantu Lainnya
·
Untuk kepentingan
evakuasi dapat juga dipergunakan selubung
peluncur maupun tali peluncur,
yang telah disiapkan
ditiap-tiap lantai.
Belum ada tanggapan untuk "Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran"
Posting Komentar