Komoditi, Komunikasi,
Komuniti
Suatu
waktu Mas Sabrang diundang menjadi pembicara di acara NU Expo 2016 untuk dialog
dan diskusi tentang perekonomian islam.
Pertanyaan
dari moderator ke Mas Sabrang yang pertama adalah “Apa sebenarnya yang berubah
dari sistem perekonomian dulu dan sekarang?”
Sistem
perekonomian berubah hampir lima puluh tahun sekali
Tapi
kalau kita lihat garis merahnya, itu hubungannya sederhana, antara komoditi,
komunikasi, dan komuniti. Intinya berada pada interaksi di antara tiga tersebut.
Jadi
siapa yang memiliki komoditi dan inovasi pada komoditinya, dia akan punya peran
penting dalam sistem ekonomi tersebut.
Siapa
yang memegang komunikasi dan cara komunikasi yang baru, dia akan punya peran
penting.
Lagi-lagi
nanti komuniti yang akan menjadi lapangan dimana komoditi dan komunikasi itu
bermain.
Pertanyaan
selanjutnya adalah melihat perkembangan teknologi saat ini, dan juga bagaimana pengaruhnya
terhadap perekonomian islam.
Satu
perubahan besar pada satu titik itu akan membuat pergeseran pada perpetaan.
Teknologi digital dan internet itu kan revolusi dari dunia telekomunikasi. Jadi
semuanya pasti bergeser, semuanya pasti akan melakukan penyesuaian-penyesuaian,
kita lihat saja misalnya taksi dan moda transportasi yang gesernya seperti itu,
online store yang menggeser pasar konvensional juga.
Nah
ini perkembangan jaman tidak bisa dibendung, yang ada kita hanya memproyeksi
dan menganalisa kedepannya akan seperti apa ya, kemudian kita menyongsong, kita
tahu arahnya kesana kita harus mengantisipasi bagaimana kita bisa sampai duluan
disana dan mampu memanfaatkan perkembangan komunikasi tersebut. karena
perubahan besar pada komunikasi, akan merubah tatanan.
Kita
harus tahu dan belajar bahwa ada tata cara baru yang berubah, akses yang
berubah, yang dulu lingkarnya hanya satu pasar yaitu reboan, kemisan, pahing,
pon dan seterusnya, sekarang seluruh dunia, toko tidak hanya buka dari jam
delapan sampai jam empat, toko buka 24 jam.
Membutuhkan
pemahaman peta dan respon yang tepat untuk menghadapi lapangan yang baru. Itu
harus update terus, dan tidak pernah berhenti.
Pertanyaan
selanjutnya adalah UMKM ini sedang berkembang dan sedang digencarkan oleh
pemerintah, Mas Sabrang melihat UMKM itu seperti apa?
UMKM
adalah pelaku bisnis riil, kalau mau bicara ke belakang sedikit, yang
menyelamatkan Indonesia dari krisis 98 adalah daya lentingnya para pelaku UMKM
tersebut. Itu yang menyelamatkan karena mereka bisnisnya bisnis riil.
Karena
jumlah kita banyak (manusianya), maka solusi yang paling tepat menurut saya
adalah UMKM. Karena hal itu juga bisa dilakukan oleh banyak orang, bisa
menyebar ke mana saja.
Dan
salah satu pintu seperti Expo ini, kuncinya adalah bagaimana antar UMKM
tersebut melakukan silaturahmi, kalau silaturahmi tidak Cuma datang sungkem
ketika lebaran, tetapi bagaimana persambungan antara UMKM tersebut untuk
menjadi sebuah unit yang lebih kokoh yang lebih besar. Kalau dari sudut pandang
lain.
Kartel,
itu urusannya silaturahmi, sindikasi itu urusannya silaturahmi. Kalau pelaku
UMKM tidak melakukan silaturahmi dengan caranya sendiri, dia tidak akan bisa
mengalahkan kelompok dengan modal yang lebih besar.
UMKM
digalakkan, sebisa mungkin menjadi besar, tetapi tidak besar sendiri, besar
bareng-bareng, karena itu juga sesuai dengan konsep islam, seneng bareng, bukan
seneng dewe-dewe.
Menurut
saya expo ini contoh riil dari pengupdatean konsep. Karena salah satu kunci
rezeki adalah silaturahmi, tidak mungkin salah satu kunci rezeki adalah expo,
tapi expo adalah updatean dari silaturahmi itu sendiri.
Update-update
konsep yang diaplikasikan pada sesuatu yang baru akan menjadikan
sintesis-sintesis yang inovatif, dan itu akan sangat menguntungkan pihak UMKM
baik itu dari tingkat bawah maupun dari tingkat atas.
Kita
juga sedang memasuki era yang namanya start up, ini juga sudah mulai menjamur
juga, sudah memasuki.
Start
up arti dasarnya pembuatan sebuah usaha atau bisnis yang konsentrasi utamanya
adalah pertumbuhan, bukan profit. Dia ngomong lima tahun pertama bukan
profitnya berapa, tetapi ekspansi pertumbuhannya berapa. Jadi itu mau dibidang
farmasi atau apapun start up itu ada.
Kuncinya
adalah pertumbuhan yang paling cepat, dia ngambil profitnya bisa belakangan.
Itu mungkin karena dunia ini menjadi populer adalah karena memang nature dunia
ini adalah ekspansi sebesar-besarnya, cari user sebanyak-banyaknya dulu, untung
belakangan. Maka disebut start up, padahal start up sudah ada dari dulu.
Kalau
paradigmanya awalnya adalah ayo aku sebesar mungkin, untungnya dikit tidak
apa-apa, saya prihatin dulu, itu start up namanya. Entah dia mau jualan
gorengan, tapi kalau pandangan pertamanya adalah aku bikin cabang
sebanyak-banyaknya, produksi sebanyak-banyaknya dulu, untungnya sedikit, yang
penting aku buat untuk ekspansi, itu start up namanya.
Negara
Indonesia adalah negara yang sangat seksi di mata dunia. Selain sumber daya
alamnya yang luar biasa, juga para penghuninya yang konsumtif luar biasa. Tapi
ini waktunya kita merubah, tidak hanya konsumtif, tetapi produktif, kita harus
bisa menjadi tuan rumah di negara kita sendiri.
Ekonomi
islam, jadikan itu sebagai bukti bahwa itu bisa menjawab tantangan Indonesia,
tantangan dunia, dan tidak hanya teori.
Belum ada tanggapan untuk "Komoditi, Komunikasi, Komuniti"
Posting Komentar