Cairnya Benar Salah
dan Pemrograman Alam
Salah
satu acara Maiyah, Mas Sabrang mengatakan bahwa dalam hidup ini tidak ada benar
salah lho mas. Karena semua yang kita anggap benar, itu suatu saat pasti salah,
kalau kita suatu saat menemukan benar yang lebih lanjut, benar yang lebih
presisi.
Yang
kita anggap salah, pasti nanti akan benar kalau kita mengetahui sudut
pandangnya, jarak pandang dan pengalaman yang mengatakan bahwa itu benar.
Jadi
benar salah itu sangat relatif, kalau kamu sudah bisa menyalahkan orang,
berarti kamu dangkal. Kamu belum bisa cukup tinggi untuk kamu mengetahui
kebenaran dia. Benar mesti, semua benar, karena dia punya sudut pandang
sendiri. Cuman lingkup kebenarannya yang berbeda.
Orang
mau debat misalnya, jarak Purwokerto Jogja berapa km, 190 km, bener po, salah,
kalau secara meter, salah, 1.900.000 m, pas apa itu pas, aku belum pakai
milimeter lho itu.
Kebenaran
km itu dipertanyakan tho?
Jadi
kebenaran itu berlapis-lapis. Tapi kita tidak perlulah kebenaran milimeter
dipakai untuk mengetahui jarak dari Purwokerto ke Jogja.
Ada
cara untuk mencapai kebenaran dengan kacamata yang tepat.
Apa
saja bisa disalahkan mas, sangat gampang menyalahkan sesuatu, tetapi tidak ada
gunanya mencari kesalahan.
Ada
Sudut Pandang, ada Cara Pandang, ada Resolusi Pandang, ada Jarak Pandang.
Coba
saya kasih contoh Gajah
Ada
orang memfoto gajah, satu pakai Kamera DSLR, yang satu pakai HP nokia. Hasil
fotonya yang satu agak ngglambur, yang satu sangat tajam. Yang benar yang mana,
sama-sama benar, walaupun gambar faktanya berbeda. Cuma resolusi pandangnya
yang berbeda. Kalau kamu ngomong benar, dua-duanya benar. Hal ini disebut
resolusi pandang. Resolusi pandang adalah fakta yang berbeda, menjadikan output
gambar yang berbeda, tapi sama-sama benar, cuman resolusinya yang berbeda.
Ada
jarak pandang, kamu memfoto gajah dengan jarak satu langkah, ada yang memfoto
gajah dengan jarak 20 m. yang benar gambar gajah yang mana, benar semua kan.
Kemudian
yang satu foto dari depan, yang satu foto dari belakang, ini disebut sudut
pandang. Gambarnya sama sekali berbeda, tapi sama-sama benar, sama-sama gambar
gajah.
Yang
satu memfoto, yang satu menggambar, yang benar gajah yang mana, dua-duanya benar,
cuman caranya yang berbeda, hal ini disebut cara pandang.
Jadi
kebenaran itu sangat macam-macam bentuk dan ekspresinya. Yang kita cara
bukanlah mana yang paling benar, yang kita cari adalah kelengkapan kebenaran
itu.
Dari
sudut pandang yang banyak kita kumpulkan, dari resolusi yang banyak kita
kumpulkan, dari cara pandang yang macem-macem kita kumpulkan, kita akan melihat
kelengkapan tentang kebenaran gambar gajah. Itupun masih limit. Selengkap-lengkapnya
kita lihat gambar gajah, itu bukan gajah lho, kita tidak menyentuh kebenaran
gajah itu, kita hanya punya potret tentang gajah, bukan kebenaran gajah itu
sendiri.
Cuman
mengilustrasikan bahwa jarak kita begitu jauh dengan kebenaran. Sampai di Al-Qur’an
saja dikatakan Ya Allah tunjukilah saya jalan yang benar. Dan posisinya kita
tidak pernah berada di jalan yang benar, karena minta ditunjukkan terus.
Dan
jangan memenuhi perjalanan yang kita tahu bahwa itu sia-sia.
……………………………………….
Kemudian
ada pertanyaan, Tuhan ngomong bahwa semua sudah tertulis di Lauhul Mahfudz,
terus sumber yang lainnya mengatakan bahwa kamu bisa menentukan pilihan nasib
kamu sendiri, kok kayaknya berlawanan. Menurut Mas Sabrang seperti apa?
Mungkin
maskudnya seperti ini, dari sudut panjang yang saya pelajari, banyak hal yang
berlawanan di Al-Qur’an, tapi sebenarnya tidak berlawanan. Kenapa kita
menganggap hal itu berlawanan, karena cara pandang kita belum benar. Bagaimana
caranya agar benar, kita butuh analogi.
Semua
sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, ada yang bisa beritahu saya bentuk naskahnya
seperti apa. Tidak ada yang tahu bentuk Lauhul Mahfudz itu seperti apa.
Saya
kasih contoh
Ada
yang pernah main FIFA, PES, atau winning eleven? Kamu bebas gak nendangnya? Pernah
gak bolanya keluar dari TV?
Tidak
kan, karena semuanya yang akan terjadi di permainan itu sudah tertulis di
bahasa pemrograman. Kalau tidak tertulis di bahasa pemrograman, maka tidak
mungkin terjadi. Seperti tiba-tiba kamu ingin pemainnya salto tiga kali, tidak
bisa kan. Karena tidak ditulis, karena tidak ada di bahasa pemrograman.
Semua
sudah ditulis, tapi kita bebas memilih sendiri.
Ada
hidup alam semesta yang namanya winning eleven, semua sudah ditulis yang
namanya winning eleven CD. Kamu bebas mau lawan siapa, mau sebagai apa, menggunakan
tim mana, ingin memakai pemain mana, bebas nendang ke arah mana, bebas
menggunakan empat bek, tiga bek, dua bek, atau satu bek. Kapan kamu memakai
itu, itu pilihanmu sendiri.
Lauhul
Mahfudz hampir sama seperti itu, semuanya sudah ditulis di Lauhul Mahfudz. Tapi
kami tidak bisa bertindak ketika tindakanmu itu tidak terdapat di bahasa
pemrograman.
Tuhan
sudah menuliskan semuanya, salah satu tulisannya ada namanya hukum alam.
Ada
kemungkinan posibilitas yang tidak bisa kamu lewati, karena memang peraturan
dasarnya sudah dibuat.
Kita
punya kebebasan memilih, tapi kebebasan memilih ini orang sering salah sikap.
Di pikir freewill, adalah ketika memilih ke kanan atau memilih ke kiri, memilih
berangkat atau memilh tidak, memilih tidur atau memilih bangun, bukan itu.
Itu
semua yang kamu anggap memilih itu adalah bagian dari sebab akibat. Karena kamu
ngantuk maka kamu tidur, karena kamu lapar kamu makan, semua berasal dari sebab
akibat dan sebab akibat dimulai ketika kamu lahir.
Freewill
hanya ada dari cara pandang kita, ketika kita melihat sesuatu, kita ambil ilmu
baiknya, atau ilmu buruknya. Freewill letaknya disitu. Lihatlah orang tabrakan,
kita lihat, iki keputusan dalam diriku menolong atau tidak, itu freewill.
Ono
wong ngomong ora jelas di TV, oh dia maksudnya baik kok, atau oh dia orang
bodoh kok, itu dua pilihan yang seratus persen kamu bebas memilih. Freewill ada
di situ, bagaimana kamu memlih ilmu. Karena setiap kejadian itu mengandung ilmu
positif dan negatif seratus persen. Cuma kadang-kadang kita mengambil ilmunya cuma
ketika kejadian buruk. Kalau kejadian buruk, ya kita ambil hikmahnya.
Biasanya
kita terdorong mengambil ilmu itu pada kejadian yang buruk saja, padahal setiap
kejadian, kita berhak dan bebas untuk memilih mana ilmu yang ingin kita ambil,
baiknya atau buruknya.
Tidak
akan aku ubah suatu kaum sebelum sebelum dia merubah dirinya sendiri.
Bagaimana
kita merubah diri kita, dengan cara dia memandang segala sesuatu yang ada di
sekitarnya. Makanya kita setiap hari disuruh bersyukur, kalau kita bersyukur
maka kita pasti ambil positifnya.
Tabrakan
kakinya patah, lahamdulillah bukan lehernya yang patah, kita ambil positifnya,
tidak mungkin kita bersyukur tidak ambil positifnya. Cara alasan positifnya dan
kamu bersyukur, kenapa itu berpengaruh, karena kemudian alam ini akan bereaksi
dengan caramu memandang dia, Tuhan bereaksi dengan sangkaan hambanya.
Belum ada tanggapan untuk "Cairnya Benar Salah dan Pemrograman Alam"
Posting Komentar