Survival of the
Fittest
Dalam salah satu kegiatan maiyah, Mas Sabrang menyampaikan suatu
teori yang juga dipelajari dalam ilmu pendidikan.
Teori tersebut bernama teori survival of the fittest.
Tentang
Teori Survival of the Fittest
Ketika Charles Darwin pertama kali memulai dengan Teori
Evolusi, ia harus mencari mekanisme yang mendorong evolusi. Banyak ilmuwan
lain, seperti Jean-Baptiste Lamarck, telah menggambarkan perubahan spesies dari
waktu ke waktu, namun mereka tidak menawarkan penjelasan mengenai bagaimana hal
itu terjadi. Darwin dan Alfred Russel Wallace secara independen mengemukakan
gagasan seleksi alam untuk mengisi kekosongan itu mengapa spesies berubah dari
waktu ke waktu.
Seleksi alam adalah gagasan bahwa spesies yang bisa beradaptasi yang menguntungkan
lingkungan mereka akan mewariskan adaptasi tersebut kepada keturunan mereka.
Akhirnya, hanya individu dengan adaptasi yang menguntungkan itu yang akan
bertahan dan begitulah spesies berubah dari waktu ke waktu atau berkembang
melalui spesiasi.
Pada tahun 1800an, setelah Darwin pertama kali
menerbitkan bukunya On the Origin of Species, seorang ekonom Inggris Herbert
Spencer menggunakan istilah "survival of the fittest" sehubungan
dengan gagasan seleksi alam Darwin karena membandingkan teori Darwin dengan
sebuah prinsip ekonomi di salah satu Buku-bukunya. Penafsiran seleksi alam ini
tertangkap dan Darwin sendiri bahkan menggunakan ungkapan tersebut di edisi
selanjutnya dari On the Origin of Species. Jelas, Darwin menggunakan istilah
ini dengan benar seperti yang dimaksudkan saat membahas seleksi alam.
Namun, saat ini istilah ini sering disalahpahami bila
digunakan sebagai pengganti seleksi alam. Individu yang bertahan
tidak selalu terkuat, tercepat, atau terpandai. Oleh karena itu, "survival
of the fittest" mungkin bukan cara terbaik untuk menggambarkan seleksi
alam apa yang sebenarnya sesuai dengan evolusi.
Darwin tidak bermaksud demikian dalam istilah ini ketika
dia menggunakannya dalam bukunya setelah Herbert pertama kali menerbitkan
ungkapan tersebut. Darwin mendefinisikan "fittest" sebagai yang paling sesuai untuk
lingkungan sekitar. Inilah dasar gagasan seleksi alam.
Individu dalam populasi hanya perlu memiliki sifat yang paling menguntungkan
untuk bertahan hidup di suatu lingkungan. Individu yang memiliki
adaptasi yang baik akan hidup cukup lama untuk mewariskan gen tersebut ke
keturunan mereka. Individu yang kurang memiliki sifat menguntungkan, dengan
kata lain, "tidak sehat", kemungkinan besar tidak akan hidup cukup
lama untuk mewariskan sifat-sifat yang tidak menguntungkan dan pada akhirnya
ciri-ciri itu akan dikeluarkan dari populasi. Sifat yang tidak menguntungkan
mungkin memakan banyak generasi untuk menurunkan jumlahnya dan bahkan
lebih lama hilang sama sekali dari gen pool. Hal ini terbukti pada manusia
dengan gen penyakit fatal yang masih berada dalam gen pool meski tidak
menguntungkan untuk kelangsungan hidup spesies tersebut.
Kembali lagi ke pembahasan Maiyah, menurut Mas Sabrang, teori ini
menerangkan bahwa, makhluk yang bisa beradaptasi dengan alamnya, maka dia yang
akan bertahan paling lama. Dia akan bertahan sehingga punya anak dan cucu.
Misalnya seperti ini, penduduk di daerah eskimo. Orangnya itu pendek-pendek,
jarinya pendek-pendek, kakinya pendek-pendek, buntet-buntet semua.
Pertanyaannya kenapa tidak ada orang yang tinggi-tinggi?
Jawabannya adalah, itu bukannya tidak ada. Dulu pernah ada orang
yang tinggi di sana, jarinya panjang-panjang, kakinya panjang-panjang. Tetapi
dia tidak cocok di alam itu, sehingga lama kelamaan mati. Lama-lama anak
cucunya semuanya buntet-buntet, karena yang buntet-buntet yang bisa bertahan
hidup di cuaca yang sangat dingin.
Begitu juga dengan kulit manusia. Kenapa orang afrika kulitnya
hitam-hitam, badannya tinggi-tinggi. Karena mereka butuh travel panjang, mereka
butuh lari-lari ke sana kemari, dan cuacanya sangat panas. Karena panas itu dia
harus punya pigmen kulit yang cukup untuk menghadapi panasnya, sehingga yang
bertahan adalah yang memiliki kulit hitam.
Kita (manusia) telah menjalani perjalanan yang sebegitu panjang,
sehingga terlihat berbeda-beda. Ada hitam, ada coklat, ada putih dan
sebagainya.
Dulu adam diciptakan sebagai satu manusia, tetapi dia mengandung
semua potensi.
Jangan pernah melihat manusia sebagai benda, tetapi lihatlah
manusia sebagai mesin. Karena mesin bisa beradaptasi, sama seperti manusia.
Kalau kita punya mata hitam, ini bukan berarti kita tidak mungkin
punya anak yang memliki mata berwarna biru. Kita punya potensi mata biru, mata
hitam dan seterusnya, tetapi yang keluar mata hitam.
Jadi, informasi yang ada di tubuh kita itu sangat lengkap. Misalnya
100%, tetapi yang keluar dari tubuh di luar itu mungkin 5-6 %. Jadi yang
lainnya ketutupan. Itu mungkin bisa keluar di anaknya atau mungkin keluar
dibawahnya.
Kenapa manusia berbeda-beda. Karena dia harus menyesuaikan diri
dengan alamnya sehingga dia palng cocok untuk bertahan hidup di situ. Dan itu
juga dialami oleh semua makhluk hidup.
Contoh makhluk hidup yang menyesuaikan dengan alam adalah kuda.
Kuda sumbawa, kuda jawa, dan kuda arab itu berbeda-beda. Itu karena mereka
harus memiliki strategi untuk terus bertahan hidup.
Tuhan menciptakan semua makhluk hidup, dan naluri yang paling dasar
dimiliki oleh semua makhluk hidup adalah naluri untuk bertahan hidup. Tujuannya
agar meneruskan informasi pengalaman dirinya kepada anaknya.
Semua pengalaman kakek nenek kita, itu terdapat dalam tubuh kita,
yang disebut sebagai DNA. Tapi kita tidak punya cara untuk mengakses informasi
dari DNA tersebut, karena jenis informasinya bukan sebagai informasi yang kita
pahami sebagai informasi kognitif.
Kemudian pertanyaannya adalah, kenapa manusia berbeda-beda?
Sama seperti permisalan kudadi atas, manusia juga berbeda-beda.
Karena setiap manusia itu, dia butuh bertahan di lingkungannya.
Seumpama ada orang lahir di jawa, kemudian tinggal dan besar di kutub. Untuk
generasi kedua, ketiga, dan keempat nanti akan berubah. Karena dia harus menyeimbangkan
dirinya dengan alam.
Contoh lagi adalah macan. Macan kalau tidak loreng, maka dia tidak
bisa bersembunyi, kalau tidak bisa bersembunyi, maka dia sulit untuk
mendapatkan mangsanya, kalau sulit mendapatkan mangsanya, maka dia akan mati
cepat.
Jadi, motif dasar konsep ini adalah, setiap makhluk hidup ingin
meneruskan informasinya kepada anak turunnya.
Pada alam yang bersahabat, dia akan mengalami proses mati hidup,
mati hidup, mati hidup. Informasinya diteruskan kepada anaknya. Pada alam yang
sangat keras, dia bertahan hidup lebih lama, dan dia memilih strategi untuk
hidup selamanya.
Itulah konsep survival of the fittest.
Lebih jauh lagi…..
Hakikat konsep ini adalah, meneruskan informasi kepada keturunannya
agar berpengalaman terus dalam menjalani kehidupannya. Dan lebih jauh lagi, agar
menjadi wadah agar si nyawa dapat menemukan tuhannya.
Maka, punya anak merupakan jariyah yang sangat besar, karena kita
menyediakan wadah bagi sebuah nyawa untuk mencapai tuhannya. Dan membunuh
merupakan dosa yang sangat besar, karena dia menghentikan si nyawa untuk
mencapai tuhannya.
Referensi
:
https://www.thoughtco.com/survival-of-the-fittest-1224578 (diakses tanggal 21 Agustus 2017)
keren deh informasinya
BalasHapus